Suatu malam, ketika aku hendak terlelap,
tiba – tiba aku merasa aneh. Dengan takut kuletakkan tangan kanan tepat di
dada. Aku merasakan detak jantung yang semula berirama tenang kini semakin
cepat. Semakin cepat dan semakin cepat hingga tubuhku ikut bergetar.
“Sepertinya aku akan mati ” Kataku
Tanganku masih gemetar ketika aku
membuka pintu kamar kos dengan tergesa mencari seseorang. Kosong. Tentu saja,
saat itu sudah lewat tengah malam. Aku duduk di tangga dengan mata terpejam
sambil merapalkan doa. Aku takut.
Beberapa menit setelah itu aku mulai
tenang lalu membuka mata dan meletakkan kembali tangan ke dada.
“Aku masih hidup.” Kataku lagi
Dua jam kemudian hal mengerikan itu
terjadi lagi, dengan segera aku
menghubungi keluarga di rumah. Aku semakin takut ketika ayah menuntunku untuk
mengucap doa. Seakan menuntunku jika aku tidak bernapas lagi bahkan sebelum
telepon ditutup. Dengan panik aku keluar dan mencari seseorang. Tentu saja,
teman dekatku. Aku lega ketika dia membuka pintu kamarnya saat itu. Akhirnya
aku tidak sendiri. Terimakasih.
Setelah malam itu, aku ke rumah sakit.
Dokter bilang aku stress dan banyak pikiran. Aku tertawa kecil dalam hati. Aku
sudah terbiasa seperti itu sejak dulu. Sekarang apa ? apa aku akhirnya telah
mencapai batas ?
Aku hidup dengan target yang terencana. Beruntungnya
aku selalu berhasil dengan itu. Aku mendapatkan hampir semua yang aku inginkan.
Aku menyukai setiap perjuangan dan proses berpikir yang selama ini aku lalui
untuk hasil yang maksimal. Aku pun masih ingat… setiap perjuangan darah, keringat
dan air mata yang telah aku lakukan untuk membuktikan bahwa aku bisa berdiri tegak
pada jalan yang aku pilih sendiri.
Ketika aku sendirian, kucoba membuka timeline yang pernah aku buat
berisi perjalanan yang harus dilalui pada setiap semester perkuliahan. Ya, aku
memiliki hal semacam itu. Baru saja kemarin ketika liburan aku melakukan sebuah
persiapan untuk salah satu list. Rencananya list tersebut akan aku lakukan
tahun ini. Tapi tidak. Aku tidak akan melakukannya.
Aku menutup buku timeline itu lalu
menyimpannya di tumpukan paling bawah hingga tak terlihat. Aku memutuskan untuk beristirahat
dari semua hal. Aku akan lebih sering berkata tidak pada tawaran kegiatan. Aku akan berusaha tidur lebih awal.
Aku bahkan tidak akan belajar. Dan tentu saja, aku tidak akan membuka buku itu
lagi hingga semuanya terasa lebih baik. Namun, bukan berarti aku tidak akan
melakukan yang terbaik di setiap kesempatan. Bedanya kali ini, jika aku gagal
pada kesempatan pertama, aku tidak akan berlari terlalu kencang untuk
kesempatan kedua. Bisa dikatakan aku hanya akan bersenang – senang.
Aku tidak pernah membayangkan harus
memanipulasi pikiran bahwa malam adalah siang supaya aku tidak perlu takut
untuk terlelap.
Aku tidak pernah membayangkan untuk
mengucapkan kalimat ini ketika jantungku berdebar pada malam hari, dengan
tangan di dada dan berusaha bernapas dengan tenang “Tidak apa – apa, ayo kita coba tidur lagi.
Yang tenang ya…”
Aku tidak pernah membayangkan harus
datang ke ruangan asing dengan tulisan “konseling” di pintunya.
4 bulan berlalu. Kejadian mengerikan itu
sudah semakin jarang. Aku pun telah menemukan cara untuk mengatasi ataupun
menghidarinya. Tentu saja, aku tidak selemah itu untuk berlarut dalam
ketakutan. Meskipun sampai saat ini aku masih beristirahat dari banyak hal dan bertanya
– tanya...
“ Sampai kapan ? ”
-Smiling
Dandelion-
Dandelion kembali menuslikan diary pada blog ini. Kalian tau apa itu artinya ? Dandelion sudah memulai kembali untuk menjalani hal yang ia inginkan. Semuanya sudah semakin baik dan akan terus lebih baik untuk kedepan. Siapapun kalian dan dimanapun kalian "Ayo berjuang bersama."
Komentar
Posting Komentar