Dentuman bola
basket yang menghantam lantai lapangan Indoor seakan terdengar tanpa jeda.
Meskipun pertandingan basket sudah berakhir sejak dua jam yang lalu, namun
tetap saja, namja satu ini masih betah memainkan bola basket seperti yang bisa
dilihat saat ini.
Namja tanpan berhati malaikat
berlarian mengintari lapangan basket sendirian dengan penuh keringat. Hanya
ditemani oleh bolanya. Pikirannya kalut, ia tidak bisa berfikir jernih saat
ini. Di dalam otaknya hanya ada satu kalimat yang ia ulang terus menerus.
“Aku
tidak akan membiarkanmu mengambilnya, Min Yoongi !”
***
~Flashback~
Dua namja tengah berhadapan dengan
tatapan sengit di lapangan basket. Tangan mereka mengepal dan bersiap untuk
saling memukul. Tapi mereka tetap tidak bergeming melainkan hanya saling
menatap tajam.
“Kau hanya akan menyakitiknya, kan ?
” Akhirnya salah satu dari mereka membuka suara.
“Cih... aku menyukainya__” Berhenti
sebentar “Dengan caraku !” Lanjutnya kemudian.
Hal
itu cukup membuat namja di depannya semakin marah, tapa diberi tahu, ia
mengerti arti jawaban itu, sesuatu mengerikan akan menjemput takdir sesorang
jika seseorang itu jatuh ke tangan Min Yoongi. Dan seseorang itu adalah gadis yang
selalu ingin ia lindungi.
“Kau tidak mau memukulku, huh ? Kim
– Seok – Jin ?”
BUG
Hal itu akhirnya terjadi juga.
Pukulan melayang dari genggaman kuat namja bernama Kim Seok Jin kepada namja di
depannya.
“Aku tidak akan menyerahkan dia
padamu, Min Yoongi !!”
Namja yang dipanggil Min Yoongi
hanya bisa mengusap bibirnya yang robek dengan malas. Lalu ia menatap Jin
sambil memberikan tatapan benci.
“Buktikan saja nanti malam! Kita
lihat siapa yang akan menang,” Ucapnya lalu pergi dari lapangan basket dengan
santai. Meninggalkan Seok Jin yang kalut dengan perasaannya.
But
it’s my fate
It’s
my fate
Geuraedo
balbodungchigo sipeo
But
it’s my fate
It’s
my fate
Still,
i want to truggle and fight
~Jin
: Awake~
***
Seoul nampak sangat sepi, orang – orang
yang tadinya masih ramai berlalu lalang kini sudah bisa dihitung dengan jari.
Tentu saja hal itu terjadi, sekarang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Itu
artinya, akan ada yang terjadi di jalanan sepi kota Seoul.
“Kau membawa anak kecil ini ? Rupanya
kau telah bersiap – siap membawa pertolongan ketika menabrak pembatas jalan
rupanya.”
“Siapa yang kau maksud anak kecil ?
Aku ini lebih tua darimu !!”
“Sudahlah Jimin, jangan buang
tenagamu untuk meladeni bocah sialan ini.” Ucap Seok Jin menenangkan Jimin.
Ya, dia membawa temannya. Untuk apa
? tentunya bukan seperti yang dikatakan oleh Yoongi tadi, melainkan hanya untuk
seseorang yang diharapkan bisa melerai pertengkaran jika hal itu terjadi. Namun
rupanya, Seok Jin mengajak orang yang salah. Baru diejek seperti itu saja Jimin
sudah naik darah.
Yoongi dan Seok Jin sudah bersiap di
dalam mobil masing – masing. Jalanan yang sepi ini akan terdengar ramai oleh
deru mesin dari dua mobil ini. Dari mobil berwarna merah Seok Jin agak gemetar,
ia takut jika ia akan kalah dalam taruhan ini lalu dia akan kehilangan orang
yang ia sayangi. Di sisi lain, mobil berwarna hitam, Yoongi dengan smirk-nya
menatap Jin dengan tatapan meremehkan.
Bendera sudah diayunkan oleh Jimin.
Kedua mobil melaju sangat cepat dengan suara yang menderu keras. Di sana, Jimin
hanya bisa berharap sesuatu yang buruk tidak akan terjadi. Sesutau yang tiba –
tiba muncul di pikirannya tadi sebelum berangkat.
Park Jimin. Sahabat dari Kim Seok Jin
yang setia. Mereka sudah bagaikan adik dan kakak. Dia sedikit berbeda dengan
orang lain, lahir dengan keistimewaan yang terkadang membuatnya ketakutan. Ia
bisa melihat roh, dan juga beberapa bayangan masa depan. Dan hari ini muncul
sekelebat bayangan mobil berwarna merah yang ditumpangi temannya...
BRAKKK
“JIN !!!”
Jimin terbelalak. Hal itu benar –
benar terjadi. Kecelakaan itu persis seperti apa yang terlintas di kepalanya.
***
Suasana kampus masih sama seperti
biasanya. Di berbagai tempat selalu saja dipenuhi oleh sekumpulan mahasiswa
dengan tumpukan tugas. Ada juga yang hanya bercanda sambil makan. Tak
ketinggalan, sepasang kekasih baru yang duduk di bangku taman berteduh dari
terik matahari di bawah pohon rindang.
“Apa kau masih memikirkan pria itu
?”
“Eh ? tidak, hanya saja...”
“Jadi kau tidak mencintaiku ?”
“Bukan begitu, Min Yoongi. Kau tahu
aku dulu adalah salah satu penggemar golongan kerasmu,” Ucap gadis cantik
bernama Min Hyouri sambil tersipu.
Kini Min Yoongi menatap Hyouri
dengan sungguh – sungguh.
“Jin sudah melepasmu, sekarang yang
ada dipikiranmu hanya ada aku. Arraseo ?”
Demi apa seorang pria swag bernama
Min Yoongi mau beraegyo di depan pacarnya. Puppy eyes yang menggemaskan, pipi
yang minta dicubit, ah semua itu membuat Hyouri semakin ingin mengacak – acak
rambut pirang pacarnya itu.
“Jadi, kau mau ikut aku nanti malam
?” Tanya Yoongi.
“Kemana ?”
“Sebuah tempat yang tidak kau
ketahui sebelumnya. Aku akan menunjukkan sesuatu padamu.”
Hyouri menaikkan sebelah alisnya
seakan bertanya “Ha ?” Namun pada
akhirnya ia mengangguk setuju.
Dari balik pohon, seseorang tengah
bersembunyi sambil mendengarkan pembicaraan mereka.
“Yoonggi
mengenakan topengnya dengan sempurna, itu artinya Hyouri dalam bahaya.”
***
CEKREK
Malam hari, rumah sakit nampak sepi.
Suara Jimin membuka pintu kamar rumah sakit nomor 203 nampak terdengar bergema
di lorong rumah sakit.
“Kau tidak tidur ?” Tanyanya
“Kenapa aku di sini ? aku bahkan
tidak luka apapun.” Tanya Jin mengabaikan pertanyaan Jimin,
Jimin dengan sekuat tenaga berusaha
untuk menunjukkan senyum kecilnya. Ia lalu duduk di samping sahabatnya yang
terbaring di ranjang.
“Kau itu terluka. Apa kau tidak tahu
lukamu ada dimana ?” Tanya Jimin berniat menggoda.
“Ah kau selalu bilang seperti itu.
Aku sudah tahu. Kau pasti bilang bahwa yang sakit adalah otakku. Iya kan ?” Jin
mempoutkan bibirnya sambil bersedekap. Ouh seperti anak kecil saja.
“Nah itu kau tahu. Diamlah kau tidak
boleh kemana – mana dulu.”
Jin menatap Jimin dengan tatapan
bertanya. Matanya yang tadi teduh berubah menjadi sendu.
“Apa dia mendapatkannya ? Apa dia
baik baik saja ?” Akhirnya pertanyaan itu keluar juga, sesuatu yang mengganjal
hatinya dari tadi.
“Hyouri baik – baik saja. Dia menjaganya
dengan baik,” Jawab Jimin seadanya.
Namun sebenarnaya di dalam hatinya
ia berkata “Dia tidak baik- baik saja,
malam ini Yoongi akan memulai permainannya. Park Hyouri dalam bahaya. ”
“Park
Jimin...” Jin menatap Jimin dengan tatapa menuntut.
“Apa ?”
“Kau tidak perlu berbohong padaku.
Aku tahu semuanya. Pergilah dan jaga Hyouri !”
Bagaimana bisa ? bukankah selama ini
Jimin menutupi semua dengan sanga rapi ? Apakah masih ada celah sehingga Jin
masih bisa menemukan kebohongannya ? Apakah Jin tahu apa yang sebenarnya
terjadi padanya ? Apa yang terjadi pada Hyouri, dan juga.... tentang
perasaannya pada gadis yang yang sama.
Ajik naneun
yeojeonhi ddokgateun nainde
Yejeongwa
ddokgateun naneun yeogi issneunde
Neomuna
kkeojyobeorin
Geojiti nal
samkkiryeo hae
Caught in a
lie
Sungyeolhaessdeon
nal chajajwo
I geotjit soge
heonal su ebseo
Na useumul
dollyeonwajwo
I’m still the sam me
The me from before is still here
but
The lie that’s gotten too big
Is trying to swallow me up
Caught in a lie
Find the me that was innocent
I can’t free my self from this
lie
Give me back my laughter
~Jimin : Lie~
***
Hyouri turun dari mobil hitam
Yoongi. Tatapannya menyapu sekeliling, mengamati apa yang salah di tempat ini.
Oh tidak, dimana ia sekarang ? Semua tampak salah baginya. Gadis – gadis di
sana tanpa malu mengumbar bagian tubuhnya yang seharusnya tidak terlihat, botol
– botol minuman yang seharusnya tidak mereka pegang malah seakan menjadi sebuah
benda yang wajib mereka bawa. Dan... oh tidak ! Matanya telah ternodai.
“Tempat apa ini ?” Bingung Hyouri
“Kau akan menyukai ini chagi.”
Yoongi merangkul Hyouri lalu mengajaknya ke kerumunan.
“Wehee... kau mengajak siapa lagi
ini ?”
“Apa gadis ini yang akan menjadi
hadiahnya ?”
“Kau memilih gadis yang cantik. Aku
jadi lebih semangat memenangkan taruhan ini.”
“Tunggu
! Apa ini ? taruhan ? aku ? apa maksudnya ?”
“Yoongi ! Kau
bisa jelaskan apa yang terjadi ?” Tanya Hyouri menatap Yoongi tajam.
“Tenanglah chagi. Jin sudah
menyerahkanmu padaku, jadi terserah padaku kau mau kuapakan. Dan aku sudah
bilang padamu kalau aku akan mengajakmu ke tempat yang belum pernah kau
kunjungi. Dan disinilah tempatnya. Tempat dimana seorang Min Yoongi berada,
tempat dimana aku tidak perlu bersandiwara di depanmu.”
Yoongi menyibakkan rambut Hyouri
dengan lembut tapi terkesan menakutkan bagi Hyouri. Kini tubuhnya makin gemetar
ketika Yoongi mulai mendekat dan...
BUG BUG BUG
“Jin memang sudah memberikan Hyouri
padamu. Tapi aku belum !”
Jimin yang sedari tadi bersembunyi
sudah tidak bisa menahan hal ini lagi. Ia memukul Yoongi tanpa belas kasihan.
Mengabaikan banyak pasang mata yang kini menatap mereka bagaikan tontonan yang
menghibur.
Melihat Yoongi sudah tersungkur dan
babak belur, Jimin langsung menarik Hyouri pergi dari sana menuju mobil. Tak
luput ia memberikan kehangatan dalam pelukannya. Setidaknya hal itu bisa sedikit
memberikan ketenangan untuk Hyouri, seorang wanita yang dicintai sahabatnya.
Dan juga... dirinya.
“Apa aku ini bermimpi ?” Tanya
Hyouri di dalam mobil Jimin.
“Aku harap ini hanyalah mimpi
burukmu. Tapi sepertinya, kau akan terus mengingat kenangan buruk ini
bersamamu.”
Hyouri mengangguk mendengar kata –
kata jimin. Ia benar, hal buruk ini akan terus menghantui dirinya. Bahkan untuk
saat ini, wajah kekasihnya yang ternyata orang bejat itu masih terputar di
otaknya. Ia juga masih belum bisa menyadari apa yang baru saja terjadi padanya.
Tiba – tiba ia mengingat seseorang yang katanya mencintainya, sesorang berhati
malaikat yang selalu bersikap baik padanya. Kim Seok Jin.
“Dimana dia sekarang ?” Tanya
Hyouri.
Jimin diam, ia tahu siapa yang
dimaksud, tentu saja sahabatya itu. “Tidak
bisakah kau menanyakan tentangku terlebih dulu ?”
“Kau mau
bertemu Kim Seok Jin ?” Jimin menatap Hyouri dengan tatapan sendu. Melihat
bagaimana berbinarnya mata Hyouri ketika mendengar nama itu. Sedangkan Jimin
hanya bisa tersenyum pahit menyadari kenyataan bahwa Hyouri tidak akan pernah
menaruh hati padanya.
Caught
in a lie
I
jiogeso nal kkeonaejwo
I
gottongeseo heonal su ebseo
Balbadneun
nareul guhaejwo
Caught
in a lie
Take
me out of this hell
I
can’t free my self from this pain
Save
me who’s being punished
~Jimin
: Lie~
***
Lorong panjang bercat putih tampak
sepi, tak ada dokter atau suster yang berlalu lalang, begitu pula pengunjung
karena sebenarnya jam besuk sudah habis. Beribu pertanyaan muncul dari benak
Hyouri. Kenapa Jimin mengajaknya ke rumah sakit ? lalu dimaan Jin ? Apa Jin ada
di sini ? Apa Jin tidak baik – baik saja ?
Jimin dan Hyouri melewati kamar
nomor 203 begitu saja. Mengabaikan para dokter dan suster yang berlarian panik
keluar masuk ruangan itu. Mereka menuju tempat lain di rumah sakit ini, tempat
dimana seseorang yang mereka cari berada. Mengabaikan nafas terakhir seseorang
yang dirawat di dalam kamar nomor 203.
“Ada apa kita ke sini ?” Tanya
Hyouri bingung.
Jimin meninggalkan Hyouri yang masih
terdiam di dekat pintu. Jimin berjalan ke tepi gedung mengamati lampu – lampu
kota yang menyala. Dihirupnya udara sedalam – dalamnya lalu menoleh ke samping
kanan.
“Aku tidak bisa menahan ini
selamanya. Kenyataan ini membuatku sakit, namun aku tidak bisa berbuat apa –
apa lagi.” Ucap Jimin entah pada siapa.
“Apa maksudmu ?” Hyouri berdiri jauh
di belakang Jimin. Menatap punggung Jimin yang mungkin kedinginan. Ia yakin
Jimin berbicara pada orang lain.
“Kemampuanku ini membuatku sedikit
tersiksa. Aku harus melihatmu dalam kejadian itu sebelumnya, mendengar ucapanmu
bahwa kau tidak terluka disaat sebenarnya aku bisa melihat semua luka di
sekujur tubuhmu, bahkan aku bisa melihatmu sekarang. Ketika kau seharusnya
tidak di sini, tapi aku masih bisa melihatmu dengan jelas. Ketika aku harus
menahan perasaanku pada gadis yang kau sukai. Ketika kau harus melindungi
dirinya untukmu. Kenyataan bahwa aku harus bilang bahwa dia baik – baik saja
namun sebenarnya dia tidak baik – baik saja.”
Jimin berlutut di tempatnya,
kepalanya menunduk, seakan beban berat dipunggungnya semakin berat. Ia tidak
merasa lega sedikitpun setelah mengatakan semuanya. Ia masih memikirkan semua
itu, bagaimana bisa ia terjebak dalam hal rumit seperti ini.
“Kau tak perlu menjaganya untukku.”
Jimin mendongak menatap ke arah Jin yang berada di sampingnya. “Karena aku
telah menyerahkannya padamu,” Lanjut Jin.
Apa – apaan ini ? kenapa Jimin
merasa ia semakin marah ? Bagaimana bisa Jin seolah menganggap Hyouri sebagai
benda, menyerahkannya pada Yoongi lalu sekarang ia bilang akan menyerahkannya
padanya ? Yang benar saja...
“Aku tidak bisa bangun lagi Jimin,
aku tidak bisa menjadi malaikat penjaga untuk Hyouri. Kau tak usah takut bilang
bahwa aku sudah tiada, Jimin. Awalnya, ketika aku mengetahui kenyataan bahwa
kau menyukainya membuatku terkejut. Tapi aku senang karena kaulah orang yang
mencintai Hyouri. Kau bisa menjaganya seperti yang kau lakukan selama ini.
Jagalah dia, Jimin.”
Jimin terpaku mndengar ucapan Jin
padanya. Ia menatap sahabatnya itu dengan tatapan penuh arti. “Aku tidak tahu harus apa, Jin.”
Jimin baru ingta jika ada seorang
gadis di belakangnya yang tidak tahu apa yang ia lakukan barusan. Lalu ia
menoleh lemah ke arah Hyouri berdiri. “Hyouri... dia ada di sini. Bicaralah
padanya sebelum__” Ujar Jimin dengan suara parau dan terbata – bata. “Ia ke tempat dimana ia berada seharusnya.” Lanjutnya
dalam hati.
Hyouri melangkah perlahan – lahan,
tangannya meraba – raba udara di samping Jimin berharap ia menyentuh seseorang,
Jin.
“Eodiga ?”Bulir bening mengalir di
pipi mulus Hyouri. Dadanya makin sesak setelah menyadari semuanya.
“Jimin sudah menceritakan semuanya,
kau mau menyelamatkanku dari seorang Min Yoongi namun kau gagal dan tidak bisa
menjadi malaikatku lagi. Namun aku berterima kasih telah memberiku malaikat
yang lain. Orang yang akan melindungiku seperti yang kau lakukan dulu. Orang yang mencintaiku sama sepertimu.
Aku akan aman... dan juga___” Hyouri ikut berlutut bersama Jimin, melingkarkan
tangannya pada pundak Jimin “Akan kucoba untuk mencintainya.”
Bulir – bulir bening tak dapat
dihindari oleh Jimin dan Hyouri. Jimin yang kehilangan sosok sahabat yang
selalu bersamanya. Alasan mengapa ia harus berkorban tentang perasaannya
sendiri. Seseorang yang tidak pernah ia sadari mengetahui semuanya.
Hyouri yang kehilangan malaikat
pelindungnya. Orang yang selama ini menaruh hati padanya, namun tak akan pernah
bisa memiliki. Sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah melepas kepergiannya bersama perasaan yang tak terbalaskan.
Dinginnya angin malam terasa menusuk
kulit. Jimin menarik Hyouri ke dalam dekapannya, berharap gadis itu merasakan
detak jantungnya yang makin berdegup kencang. Membarkan gadis itu tenggelam
dalam tubuh dinginnya. Mereka berdua masih mencoba untuk mencerna semua yang
terjadi. Tenggelam dalam kenangan yang mungkin akan terus menjadi kenangan
indah yang ada di memori mereka.
“Jin...
Mianhae...”
Perlahan, Jin
tak lagi menampakkan dirinya di hadapan Jimin. Ia menghilang seiring dengan
jantungnya yang tak lagi berdetak di dalam raganya.
“Jimin...
kamsahamnida...”
Mitneun
ge anya
Beotyeobonun
geoya
Hal
su itneun ge
Na
igeesppunniraseo
Meomulgo
sipeo
Deo
kkukkugo sipeo
Geuraedo
marya
Tteonal
ttaega dwaetneungeol
Yeah
it’s my truth
It’s
my truth
It’s
not that i believe it
But
that i want to try holding out
Because
this is all that i can do
I
want to remain
I
want to dream more
Even
so, what i’m saying is
That
it’s time to leave
Yeah
it’s my truth
It’s
my truth
Hai hai... author balik lagi dengan Jin dan Jimin fanfiction. Bukan Jin dan Jun, tapi Jin dan Jimin *Krik krik*
Jangan lupa kunjungi wattpad saya -> @Tuanputri01 biar kalian bisa baca ff lain tentang BTS, EXO, SHINEE..
Komentar
Posting Komentar