First
Love
#Suga
Fanfiction#
Nae gieogui guseok
Han kyone jaribaneun
galsaek piano
Eoril jok jip anui
guseok
Han kyone jarijabeun
galsek piano
The
corner of my memory
A
brown piano settled on one side
In
the corner of my childhood hoouse
A
brown piano settled on one side
~Suga
BTS : First Love~
Kesuksesan
boyband Bangtan Sonyeondan a.k.a BTS sudah tidak perlu diragukan lagi, penggemar
mereka tidak hanya dari Korea saja, melainkan juga dari berbagai negara di luar
sana. Apalagi mereka juga baru saja melakukan comeback-nya dan sebentar lagi
BTS akan melakukan tour untuk promosi album sekaligus menghibur Army yang sudah
menunggu di luar sana.
‘Lagu itu sangat menyetuh sekali,
aku seakan tahu apa yang ia rasakan’ ~@princess09~
‘Dengarkan desahan nafasnya yang
begitu sexy, oh Tuhan... ‘ ~@suga’swife~
‘Aku penasaran siapa fisrt love
nya’ ~@istrisugadariindonesia~
‘Aku pikir dia akan bernyanyi di lagu ini,
ternyata dia tetap istiqomah dengan rap-nya. Wuahhh legend.’
~@minhyouri~
‘Sugaaaa, kau begitu sempurna,
namun hanya satu kekuranganmu yaitu tidak menjadi pacarku.’ ~@tuanputri01~
Sunggingan
senyum mengembang dari bibir Suga. Bayangkan saja, dia sedang membaca komentar
para Army mengenai lagunya yang berjudul First Love. Tidak hanya senang karena
Army menyukai lagunya, namun mereka juga membanjiri Suga dengan pujian. Perlu
diingat bahwa Ia juga manusia yang akan melayang jika mendapat pujian, itulah
kenapa ia di sini sekarang. Berdiri di tepi sungai Han sambil membuka ponsel-nya.
Ia membaca tweet dari Army hingga habis. Meskipun tidak pernah membalas namun
setidaknya ia sudah menjawab pertanyaan dari Army dalam hatinya. Dan juga...
mengucapkan terima kasih.
“HYUNG
!!!”
“Hentikan
itu, aku tidak terkejut.”
Dengusan
kesal keluar dari pria berambut oranye, Park Jimin. Pasalnya, Suga tidak pernah
terkejut dengan hentakan yang ia buat. ‘Ah,
hyung ini tidak asik’
“V
dan J Hope sudah pulang barusan,” Ucap Jimin memberi kabar
“Iya,
mereka sudah mengirimkan pesan padaku,” Jawab Suga tanpa berpaling dari
ponselnya.
“Kau
tidak pulang ? mumpung ada libur sebelum tur,” Tanya Jimin lagi.
“Kau
sendiri tidak pulang ?”
“Tentu
saja aku pulang. Tapi aku masih menunggu besok pagi.”
“Oh.”
“Ah orang ini !” Jimin semakin kesal
karena diabaikan Suga. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke dorm saja. Percuma
jika ia hanya diam di sini, sedangkan orang di sampingnya hanya diam seperti
batu hidup yang bermain ponsel.
“Hati – hati, jangan menabrak semut
!” Celetuk Suga ketika ia menyadari Jimin pergi meninggalknnya.
Jimin-pun hanya menoleh sambil
mempoutkan bibirnya sambil berkata dalam hati ‘Untung kau Hyung-ku’.
Seoul semakin beku. Namun pria ini
masih bertahan dengan posisinya sambil terus membaca tweet dari Army meskipun
sekarang matanya mulai panas. Ia lalu mengalihkan pandangan menuju air. Melihat
banyangannya sendiri sambil bertanya lirih “Kenapa
aku tak menemukan namamu ? Apa kau tidak tahu jika lagu itu tentangmu ?”
Ia terus bertanya pada bayangannya
sendiri, berharap ia menemukan jawaban secepatnya, tapi percuma saja, mengingat
itu hanyalah pantulannya sendiri di air.
***
Anak laki – laki berusia 14 tahun
bernama Min Yoongi terlihat tengah turun dari mobil membawa piala besar dan
medali yang tergantung di lehernya. Orang tuanya mengacak – acak rambut anak
itu sambil tersenyum bangga. Sebelum masuk ke rumah, mereka menyempatkan diri
untuk berfoto dengan background taman di rumah mereka sendiri.
CEKREK
Yap, foto telah berhasil diambil.
Namun ketika mereka melihat hasilnya, orang tua anak itu seakan memberi tahukan
sesuatu kepada putra mereka. Lalu si anak langsung masuk ke dalam rumah dengan
wajah datarnya.
Sore hari yang dingin. Min Yoongi
duduk di ayunan taman bermain lengkap dengan jaket tebalnya. Matanya terpejam
sembari kakinya yang sibuk mengayun pelan. Lalu tiba – tiba matanya terbuka lebar
ketika mendengar sesuatu yang menganggu indra pendengarnya. Memang ada piano di taman bermain itu, tapi
siapa yang memainkan piano dengan nada yang mengerikan ini ?
“Hentikan! Permiananmu jelek!”
Hardik Min Yoongi pada seseorang.
Ternyata ia tidaklah sendirian di
taman bermain ini. Ada juga seorang perempuan berjaket merah jambu dan memakai
kacamata, dialah orang yang memainkan piano dengan nada yang mengerikan tadi.
“Aku kan memang tidak bisa bermain
piano,” Jawab gadis itu polos.
“Makanya jangan bermian kalau tidak
bisa.”
“Tapi aku ingin belajar piano.”
Min Yoongi mendengus kesal dan
berbalik menuju ayunannya tadi.
“Kau baru menang lomba piano kan ?
mau-kan kau mengajariku ?”
Ia membuka matanya dengan malas,
kini gadis itu sudah berada tepat di hadapannya dengan menunjukkan puppy eyes.
‘Mau-kan ?’ bukankah seharusnya ‘Mau-kah ?’ kesannya seakan – akan Yoongi sudah setuju dengan tawarannya.
“Ewwhh,” Acuh Min Yoongi sambil
kembali memejamkan mata.
“Yak! Kau kan temanku, kita teman
sekelas, rumah kita juga berhadapan. Ayolah... ajari aku !” Rengek gadis itu
sambil menarik tangan Min Yoongi.
“Kim Seo Hyun ! Aku bukanlah guru
privat dan aku ingin tidur sekarang !”
Gadis itu diam. Apa ia baru saja
dibentak oleh pria di depannya ?
“Tidak
pernah ada orang todur diantara salju seperti ini, Pabo !” Gumam Kim Seo Hyun.
JENG JENG JENG JENG
Kim Seo Hyun menekan tuts piano sembarangan
dengan volume yang sangat keras. Siapapun ynag mendengarnya pasti ingin memukul
tangan gadis ini agar tidak bermian piano lagi. Tentu saja hal itu juga hal
yang diinginkan oleh Min Yoongi.
“Bisakah ku berhenti !!” Teriak Suga
“Aku tidak akan berhenti sebelum kau
mengajariku bermian piano. Setidaknya sehari saja,” Katanya sambil terus
melanjutkan aksi gilanya.
Karena sudah tidak tahan
lagi...akhirnya kata yang diharapkan Kim Seo Hyun keluar juga “Oke ! Aku akan
mengajarimu !”
“Yeyyy...” Kim Seo Hyun langsung
meloncat kegirangan.
“Tapi ingat ! hanya sehari saja !”
“Baiklah sampai aku bisa menguasai
satu lagu.”
“Apa ? katamu hannya sehari ?”
“Aku bilangnya kan ‘setidaknya
sehari saja’ nah aku belum melanjutkan kata – kataku yang ini ‘sampai aku mahir
dalam satu lagu’ nah yang itu.”
“Arrrgghh... kau ini menyebalkan
sekali !” Kim Seo Hyun hanya terkikik pelan melihat reaksi Min Yoongi yang
kesal. Lalu ia menarik Yoongi dengan paksa menuju piano tadi.
Tanpa
mereka duga, ternyata salju mulai turun. Balok – balok piano berwarna hitam
sudah hampir seluruhnya berubah putih lantaran terkena salju.
“Tidak
ada orang yang bermain piano di bawah salju seperti ini.”
Kim
Seo Hyun hanya terdiam memandangi piano itu. Seakan harapannya untuk belajar
piano pupus sudah. Mereka terdiam cukup lama, membiarkan rambut mereka terkena
butiran – butiran salju yang semakin banyak.
SRETTT
“Eoh
? kita mau kemana ?” Kim Seo Hyun kebingungan karena tiba – tiba tangannya
ditarik oleh Suga keluar dari taman bermain. Iia memilih bungkam karena Yoongi
juga tidak mengatakan apapun setelah ia memberikan perintah “Diamlah !”
Mereka
sampai di sebuah ruangan bercat putih dengan sesuatu menakjubkan di dalamnya.
“Wooaahhh...
Grand Piano !!” Mata Kim Seo Hyun berbinar ketika melihat apa yang ada di
hadapannya.
“Apa
kau akan mengajariku dengan piano ini ? Di sini ? Benarkah ? Waaahhh...”
Geuttae
gieokhae
Kkamake itgo
isseotdeon
Neol dasi
majuhaetdeon ttae yeollesal muryeop
Eeosaekdo
jamsi dasi neol eorumanjyeoji
Gin sigan
tteonaisseodo jeoldae
Geobugam eobsi
Nal
badajwoteon noe
I remember back then when i met
you that
I completely forgotten,when i was
arounf 14
The awkwardness wass only for a
moment, i touched you again
Even though i was gone for a long
time
Without repulsion
You accepted me
***
Suga melempar batu – batu kecil ke
dalam sungai Han. Entah ini sudah batu ke berapa yang ia lemparkan. Matanya
terus menerawang mengingat kejadian masa kecilnya. Memikirkan seorang anak
perempuan yang dulu merengek meminta ia ajari bermain piano. Anak yang
membuatnya sadar jika ia juga menyukai piano. Kim Seo Hyun.
Lalu ponselnya berdering
“Yeoboseyo
?”
“Neo eodiega ? ini sudah larut
malam.”
“Tak usah menghawatirkanku, Hyung.
Aku akan kembali sebentar lagi.”
“Pertama, Aku tidak
menghawatirkanmu. Kedua, aku tidak menyuruhmu kembali ke dorm. Aku hanya ingin
persetujuanmu saja.”
“Hah ?”
“Tadi manajer membelikan makanan
untuk kita, dan ini milikmu sudah mau dingin. Kalau makanannya dingin kan tidak
enak___” Terpotong
“Aishh jinja kau ini Jin Hyung,
makan saja milikku.”
“Jinjayo ? woahh gomawo gomawo
gomawo___”
KLIK
Tepelon
diputus sepihak oleh Suga.
“Aish.. dia selalu memakan jatahku,”
Dengusnya
Suga terdiam
untuk sesaat. Matanya kini melihat langit Seoul yang penuh dengan bintang.
Ingatan itu datang lagi, menenggelamkan Suga dalam pikirannya kembali.
“Aku masih ingat ketika tinggi
badanku bahkan tidak melebihi piano di rumahku. Apa kau juga ingat ketika kau
mengejekku ? Ah mungkin kau lupa, tapi aku tidak.”
Geuttae
gieokhae
Nae
kiboda hwolssin deo keotdeon
Galsaek
piano geuge nal ikkeul ttae
Neol
ureoreobumyeo
Donggyeonghaesseone
I remember that moment
Way taller than my height
The brown piano that guided me
I look up to you
I yearned for you
***
Jemari mungil Min Yoongi dengan
lihainya menari di atas balok putih-hitam. Menghayati iramanya, membiarkan hal
itu melebur menjadi satu dengan jiwanya. Matanya sesekali terpejam menerawang.
Ia selalu melakukan itu ketika bermain, mencoba mencari jawaban atas satu
pertanyaannya yang tidak pernah terjawab.
Kali ini, suara itu terdengar
mengerikan. Nada – nada kasar namun beraturan terasa semakin mencekam. Mengiris
hati pendengar lantaran nada-nya yan bercerita. Bercerita jika si pemain tegah
dilanda depresi dan marah.
“AAAA....Mengapa aku melakukan ini
!!! Wae !!!”
Tuts ditekan sembarangan tanpa
aturan. Membiarkan nada – nada kasar itu lolos begitu saja dari jemarinya yang
marah. Ia mengacak – acak rambutnya frustasi.
“Apa__kau baik – baik saja ?” Tanya Kim
Seo Hyun pelan.
Merasa tersadar, nafas Yoongi mulai
teratur kembali. Ia mulai ingat jika di belakangnya ada seorang perempuan yang
tengah terperanjat kaget. Matanya terbuka perlahan lalu menoleh ke arah Kim Seo
Hyun yang memasang wajah ketakutan. Ah bodohnya, ia merutuki dirinya sendiri.
Bagaimaan bisa ia menunjukkan hal itu di depan seorang gadis, bahkan orang
tuanya juga tidak pernah melihat hal semacam itu.
“Mianhae...” Yoongi tertunduk di
depan piano nya.
“Kau kenapa ?” Kini Kim Seo Hyun
memberanikan diri untuk mendekat.
Suga hanya terdiam tanpa kata –
kata.
“Kupipir kita ini teman. Mungkin kau
bisa bercerita padaku,” Ucapny lembut.
Oh Tuhan... bagaimana bisa anak
berumur 12 tahun memiliki sifat seperti orang dewasa.
Merasa tidak ada jawaban, “Kalau
begitu mungkin aku tidak bisa belajar piano sekarang. Aku pulang.”
“Aku tidak bisa..” Ucap Yoongi tiba
– tiba.
Eh
?
“Aku tidak bisa mengajarimu. Aku
bahkan tidak tahu mengapa aku bermain piao ketika aku sebenarnya tidak
menyukainya, tapi aku juga tidak tahu mengapa aku masih di sini dan bermain
piano hingga saat ini. ”
“Tapi kau kan sudah berjanji.” Suara
Kim Seo Hyun mulai meninggi lantaran Yoongi tidak menepati janjinya.
“Bagaimana bisa manusia robot
sepertiku bisa mengajarimu! Carilah guru lain! Setidaknya orang yang tahu
mengapa ia bermain piano.”
“Tidak! Aku akan datang lagi besok.
Jika itu alasanmu kenapa kau berteriak dengan nada mengerikan yang kau buat,
aku akan membantumu mencari jawabannya.”
Suga mematung mendengarnya. Dalam
hatinya ia mengumpat. Ia juga bingung. Ia tidak pernah tahu mengapa ia harus
bermian piano, orang tuanya lah yang menyuruhnya. Mengikuti berbagai perlombaan
dan mendapat piala, berguru pada pianis hebat, melihat berbagai pertunjukan.
Semua itu untuk apa ? Ia tidak merasa senang ketika menang. Ia tidak merasa
senang mendengar tepuk tangan riuh dari penonton setelah tampil. Itulah mengapa
ia tidak pernah tersenyum di dalam foto. Dan sekarang, ada seorang gadis yang
mau membantunya menemukan jawaban atas pertanyaannya.
“Kau
tidak akan bisa membantu manusia bagaikan robot sepertiku.”
***
Jalanan kota Seoul semakin sepi
saja. Anak – anak muda yang tadinya bekumpul sudah pulang, lampu – lampu
jalanan hanya menerangi sedikit kendaraan yang lewat, toko – toko juga mulai
mematikan lampu sambil memasang tulisan Close.
Pria ini menghembuskan nafas
beratnya sekali lagi. Matanya mulai berat dan merah. Wajar saja, ini sudah
lewat jam 1 dini hari. Akhirnya Suga berdiri sambil merapatkan jaketnya lalu
berbalik pulang ke dorm.
“Aku pulang...” Ucapnya pelan ketika
memasuki dorm yang sudah sepi. Sepertinya semuanya sudah tidur.
“Dari mana saja kau Hyung ?” Tanya
Jongkook yang tiba – tiba keluar dari dapur sambil membawa semangkuk ramyeon.
“Mencari udara,” Jawab Suga seadanya
“Belum tidur ?” Tanyanya sambil duduk di kursi depan televisi lalu Jungkook
juga duduk di sampingnya.
“Aku tidak bisa tidur dari tadi
karena lapar,” Jawab Jongkook sambil mulai memakan ramyeonnya.
“Kau mau Hyung ?” Ketika Jongkook
menawari hyungnya, eh ternyata Suga sudah memejamkan mata.
“Yak! Kenapa dia tertidur di sini ?”
***
“Aku iri padamu,”
Min Yoongi menoleh ke Kim Seo Hyun
dengan tatapan bingung. ‘Wae ?’
Mereka kini duduk di tumpukan salju
di taman bermain. Meskipun kini mereka sudah berumur 18 tahun, mereka tidak
pernah absen dari taman bermain ini. Entah untuk bermain bersama anak kecil
lainnya, ataupun hanya duduk – duduk seperti sekarang ini.
“Ap yang terjadi ?” Tanya Min Yoongi
sambil duduk di samping Seo Hyun.
Seo Hyun hanya menunduk menatap
hamparan salju di bawah kakinya.
“Kenapa kau berhenti di tengah permainanmu
? Padahal kau bermain dengan sangat baik tadi.”
Seo Hyun hanya diam
“Pandanganku
kabur lagi ketika itu, aku tidak bisa melihat apapun seketika. Lalu ketika aku
mulai bisa memfokuskan pandangan ternyata aku terlah berhenti cukup lama.
Pianis macam apa yang melakukan itu dalam perlombaan ? Dan itu tidak hanya
terjadi sekali.” Ucapnya dalam hati.
“Kau baik –
baik saja ? Apa kau sakit ?”
Kini malah Seo Hyun yang menatapnya.
“Kau sudah menemukan jawabanmu ?”
Seo Hyun malah berbalik tanya.
“Aku tidak tahu kapan perasaan ini
muncul. Sekarang aku mulai merasakan senang ketika selesai bermain piano.
Apalagi ketika aku sukses membuatmu mahir bermain piano saat ini.” Jawab Yoongi
tulus.
“Syukurlah__” Kim Seo Hyun kembali
menundukkan kepalanya. Sunggingan senyum yang tadinya sempat terbentuk kini
mulai menghilang.
Hal itu terjadi lagi, pandangannya
kembali kabur. Ia tidak bisa melihat sepatunya dengan jelas, ketika ia melihat
ke arah Yoongi, ia juga tidak bisa
melihat wajahnya dengan jelas.
“Apa
yang terjadi ?”
Merasa ada yang aneh dengan
temannya, Yoongi semakin khawatir.
“Apa kau sakit ?” Tanya Yoongi
“Aku
tidak sakit, hanya saja aku tidak bisa melihatmu sekarang.” Ucap Seo Hyun
dalam hati. Namun pada akhirnya ia mengangguk dan memohon agar dituntun hingga
rumahnya.
“Naiklah!” Yoongi berjongkok di
depan Seo Hyun memberi isyarat pada Seo Hyun untuk naik ke punggungnya.
Seo Hyun meraba – raba punggung
Yoongi untuk memastikan ia bisa naik tanpa terjatuh. Pasalnya kini pandangannya
tidak hanya semakin kabur, namun juga mulai gelap.
***
Siapa yang bilang Suga tertidur ?
tebakan Jongkook 100% salah. Pikirannya ini kembali menyusun kepingan masa
lalunya. Hingga sekarang ia sampai pada hal yang tidak ia sukai. Merasa
Jongkook sudah tidak ada di sampingnya, kini bulir bening yang ia tahan dari
tadi berhasil lolos dari dari matanya.
“Haruskah kau menghindariku tanpa
alasan seperti itu ?”
Nafasnya kembali berat.
Rindu. Ya, itu yang ia rasakan
sekarang. Ingin sekali ia menemui gadis itu, rasanya ia ingin memeluknya saat
ini. Membisikkan kata yang sangat ingin
ia katanya kepada Seseorang yang ia jadikan insiparasi dalam lagu first love,
Kim Seo Hyun. Kamsahamnida.
I really can’t
do anymore
Everytime i
wanted to give up
By my side you
said
You can really
do it
***
~Min Yoongi POV~
Min
Yoongi terus mengintip dari balik jendela kamarnya. Ia tak lagi mendengar suara
piano dari rumah di depannya. Ia tak lagi melihat Kim Seo Hyun keluar dengan
mantel merah jambunya. Ia tak lagi menemui Kim Seo Hyun di taman bermain
seperti biasanya.
“Aku ingin mentakan sesuatu padamu,
tapi kau dimana ?”
“Yoongi-ya... ayo makan, sebentar
lagi kita akan berangkat.” Suara Eomma-nya menyadarkan Yoongi dari lamunan.
“Bahkan ketika aku akan pindah-pun
kau tidak keluar.” Ucapnya lalu segera menuju ruang makan.
Mobil box besar berjalan
meninggalkan rumah cokelat di kawasan Daegu. Disusul mobil hitam di belakangnya
yang berjalan pelan. Yoongi tidak bisa berhenti menatap rumah Kim Seo Hyun,
berharap gadis itu keluar meskipun hanya untuk menyampaikan salam perpisahan.
Namun tak ada tanda – tanda Kim Seo Hyun keluar hingga rumah itu terlihat makin
jauh di belakang. Yoongi tidak mendapatkan harapannya sampai ketika mobilnya
harus menuju persimpangan jalan. Rupanya hal itu adalah perpisahan pahit yang
harus Yoongi terima.
~Kim Seo Hyun POV~
Kim Seo Hyun meringkuk di kasurnya,
menutupi setengah badannya dengan selimut tebal. Ia tahu sahabatnya akan
pindah, masih di kawasan Daegu memang, tapi tetap saja itu terdengar
menyakitkan.
Ia tidak akan lagi mendengar
lantunan piano dari seberang rumahnya, ia juga tidak bisa mendengar lantunan
melody kasar menyayat hati, ia juga tidak lagi mendengar namanya dipanggi dari
seberang sana.
“Aku akan semakin sendirian.”
Lalu ia mendengar suara mesin
dinyalakan. Ia terkesiap. “Apa ini sudah waktunya pergi ?” Ia langsung turun
dari kasur dan berjalan menuju pintu. Namun...
BRAKKK
Ia berhasil menciptakan lebam di
kakinya lantaran menabrak meja di samping kasur. Dengan tertatih ia meraba –
raba dinding, mencoba menemukan pintu lalu menuju arah luar.
“Tidak... jangan pergi dulu !”
BRAKKK
Kim Seo Hyun menabrak sesuatu lagi,
lalu bangkit sambil meraba – raba sekitarnya. Hingga kini ia sudah sampai di
luar. Udara dingin menusuk kulitnya yang hanya tertutup kaos biru tipis.
Ia mematung, ia tidak lagi mendengar
deru mobil di depannya.
“Apakah dia sudah pergi ? Aku belum
mengucapkan selamat tinggal.”
Aawww
Memar di kakinya
kini makin terasa, membutnya terduduk di rumput dingin yang masih ada beberapa
bekas salju di atasnya. Ia merasa meyesal karena tidak pernah keluar menemui
Yoongi. Namun ia melakukan itu bukan tanpa alasan, keadaannya yang sekarang
ini, ia tak mau menunjukkan hal ini kepada Yoongi.
***
Suga bangkit dari duduknya menuju
kamar. Ia berusaha berjalan pelan agar tidak membangunkan Kim Seok Jin yang
tengah pulas dalam mimpinya. Ia mengambil semua barang di lemarinya lalu
meletakkannya di koper. Mengambil kunci mobil yang berada di meja, lalu keluar.
Ia melakukan itu dengan sangat pelan dan hati – hati agar tidak mengganggu
tidur Jin.
“Kau pulang sekarang ?”
Tiba – tiba suara Seok Jin
menghentikan langkah Suga.
“Iya, aku ingin segera menemui
seseorang,” Jawab Suga tanpa berbalik.
“Baiklah... hati – hati. Kau bahkan
belum tidur sama sekali.”
Suga tersenyum mendengar ucapan Jin.
Lalu ia mengangkat tiga jarinya sedangkan jari telunjukknya terpaut dengan
jempol membentuk lingkaran sambil berkata “OKE !”
Suga melaju dengan kecepatan normal
menuju Daegu. Sungguh, ia tidak bisa berbohong jika ia sangat merindukan sosok
Kim Seo Hyun. Ia ingin bertanya banyak hal pada gadis itu.
“Aku tidak akan membiarkanmu
mengabaikanku lagi.”
Matahari sudah mulai menampakkan
sinarnya, menerangi jalanan yang masih sepi. Rumah – rumah juga masih belum
mematikan lampunya, mungkin mereka masih bergelut dengan selimut mereka,
mengingat ini adalah hari libur.
CITTT
Min Yoongi turun lalu memasuki
halaman rumahnya. Tentu aja, ia pulang tidak hanya untuk menemui gadis yang ia
rindukan, ia juga merindukan sosok orang tua. Eomma dan Appa-nya.
“Yoongi! Kau tidak memberitahu dulu
kalau mau pulang ?” Ucap Eomma-nya ketika melihat putranya memasuki rumah
sambil menenteng Koper.
“Apa ini baju kotormu ?” Tidak usah
menunggu jawaban, Eomma-nya sudah tahu dari cengiran Yoongi. “Aish... kau ini.”
“Appa dimana ?” Tanya Yoongi sambil
mengecek makanan di dalam kulkas.
“Appamu mengurus cafe kita yang di
Jepang.”
“Kenapa ? ada masalah ?”
“Tidak, kita akan membuka lebih
banyak cabang di sana.”
Yoongi manggut – manggut mendengar ucapan
Eomma-nya.
Hari sudah semakin sore, namun
Yoongi masih terlelap dalam tidurnya. Tidak tidur semalaman ditambah perjalanan
dari Seoul ke Daegu membuat tubuhnya sangat lelah.
Yoongi mengerjap berkali – kali, ia
terus mencoba untuk sadar namun tetap saja, matanya tidak mengijinkan untuk membuka
lebar.
“Yoongi, turunlah untuk makan
malam...” Teriakan Eommanya terdegar dari bawah sana.
“Ayolah... buka matamu Yoongi... !”
Dengan langkah gontai ia menuju
tangga, namun langkahnya berhenti melewati sebuah ruangan. Ruangan yang sangat dulu
sangat ia benci, namun sekarang menjadi ruangan ia rindukan di rumah ini.
Tempat dimana piano nya tersimpan di dalam sana.
CEKREK
Ruangan ini bersih, mungkin karena
Eomma nya selalu membersihkan ruangan ini setiap saat. Ia berjalan menuju piano
cokelat di tengah, memeriksa apakah ada debu yang mengotori balok putih, oh
ternyata tidak ada.
Jemarinya mulai menekan tuts tuts
balok dengan pelan, mempersembahkan melodi indah yang akan membuat si pendengar
terpana. Matanya terpejam membayangkan sosok itu lagi. Lagu ini adalah lagu
mereka berdua, cara bagaimana mereka berkomunikasi, cara mereka mengucapkan
terima kasih satu sama lain.
“Aku menemukannya... terimakasih
telah membantuku...” Ucap Yoongi lirih.
Permainannya berhenti ketika Eommanya
datang sambil mengusap bahu Yoongi. Aish sekarang namanya Suga. Ah.. terserah mau
dipanggil apa.
“Apa kau merasa tertekan selama itu
putraku ?” Tanya Eommanya lembut. Terdengar nada meminta maaf di dalamnya.
Kini mata mereka berdua menyapu
hamparan foto di dinding. Seorang anak laki – laku dengan piala dan medali.
Menang dalam berbagai perlombaan. Foto ketika anak itu dengan tampannya bermain
piano di atas panggung.
“Apa rasanya sakit ?” Tanya
Eommanya. Suaranya bergetar.
“Sakit sekali, Eomma...” Jawab
Yoongi lirih.
Kini Yoongi merasakan ada sesuatu
yang jatuh di tangannya. Benar saja, kini Eomma-nya tengah menangis.
Dipegangnya tangan wanita paruh baya itu, menatap matanya lekat – lekat.
“Dulu kami selalu memaksamu bermain
piano, melarangmu melakukan hal lain yang kau suka. Kau juga menyukai basket
saat itu, tapi kami dengan jahatnya menutup langkahmu ke sana.”
“Terdengar jahat Eomma__” Berhenti sebentar “Tapi aku senang sekarang.
Eomma jangan meminta maaf. Mungkin tanpa piano aku tidak akan menjadi seperti
ini. Aku tidak akan menjadi Min Suga yang memiliki banyak penggemar. Aku juga
sudah tahu mengapa aku harus bermain piano. Meskipun jawaban itu harus ku cari
dengan sangat lama.” Lanjut Yoongi
sambil memeluk Eommanya.
“Pergilah temui gadis itu. Kau harus
melihat keadaannya. ”
Apa
maksudnya ? melihat keadaannya ? apa dia tidak baik – baik saja ?
Menepis semua pikirannya saat ini,
Yoongi merangkul Eommanya lalu menuju ruang makan. Mereka makan bersama setelah
sekian lama tidak seperti ini. Kesibukan menjadi anggota boyband memang
mengharuskannya mengambil resiko
tersebut.
***
Ayunan itu, sebelahnya kosong dan
gadis itu ada di sana mengayun dirinya sendiri di tengah gelapnya malam di
halaman rumahnya. Ia tidak menyadari seseorang tengah datang mengambil posisi
di sebelahnya.
Dia datang.
“Nuguya ?” Tanyanya
Yoongi tidak mengerti mengapa gadis
ini tidak mengathui kehadirannya. Bahkan ia terus saja menatap ke depan. Tidak
langsung membuka suara, Yoongi mengamati setiap lekuk wajah gadis di sampingnya.
“Kim Seo Hyun bogosipheo.”
DEG DEG DEG
Jantung Seo Hyun seakan berhenti
berdetak. Suara itu... ia yakin tidak sedang berhalusinasi saat ini. Siapa yang
memiliki suara sangat mirip dengan sahabatnya. Tidak ada. Ia masih diam
mematung sambil setengah tidak percaya.
Apaah
itu memang dia ?
Tangannya
meraba – raba udara di sampingnya, mencoba meraih wajah pemilik nama Min
Yoongi. Tangannya meraba setiap lekukan wajah Yoongi dengan gemetar. Apakah ini
nyata ?
Yoongi menyentuh tangan Seo Hyun lembut,
menurunkan dari wajahnya lalu menggenggamnya. Tangan gadis ini dingin, membuat
Yoongi yang hangat ingin mendekapnya sangat erat.
“Aku di sini sekarang...”
Ada yang aneh dengan Seo Hyun. Bola
matanya tidak lagi bergerak, ia terus menatap ke depan dengan kosong. Seketika
Yoongi merasa sangat khawatir, namun belum sempat bertanya, Seo Hyun sudah
berkata duluan sekaan tahu pertanyaan Yoongi.
“Aku buta.”
Yoongi sangat terkejut mendengarnya.
Ia lalu mengingat apa yang terjadi beberapa tahun silam. Ketika ia melihat
permainan piano Seo Hyun yang tiba – tiba berhenti, ketika ia tidak lagi mendengar
lantunan piano dari rumah gadis ini, ketika gadis ini tidak pernah lagi
menemuinya sejak malam itu.
“Itukah sebabnya kau menghindariku
?”
Seo Hyun tidak menjawab. Ia tidak
ingin menghindari Yoongi dengan seperti itu, namun ia hanya takut Yoongi akan
kembali menjadi Yoongi yang murung. Karena Yoongi pernah berkata padanya “Aku mulai merasa senang setelah bermain
piano, aku merasa bangga pada diriku sendiri setelah berhasil membuatmu mahir
bermian piano.” Ia tidak ingin dengan Yoongi mengetahui keadaannya, Yoongi
akan kembali seperti semula.
“Aku tidak ingin ketika kau tahu aku
tidak bisa bermain piano lagi, kau akan kembali seperti semula. Menganggap
dirimu tidak memiliki tujuan dalam bermain piano. Aku pikir dengan tanpa
memberitahumu, akan mempertahankan pikiranmu bahwa kau pria yang ditakdirkan
menjadi pianis hebat. Aku tidak ingin menghilangkan senyumanmu itu. Dan saat
ini, kau sudah sukses dengan lagu dan grupmu.” Ucap Seo Hyun akhirnya.
Yoongi menghela nafas berat. Kau tahu itu lagu tentangmu,kan ?
Jadi ini alasannya ?
“Kau tahu? aku senang bermian piano
setelah bertemu denganmu, aku merasa senang ketika mengajarimu. Aku terus bermain
piano karena kau, Kim Seo Hyun. Aku ingin mempersembahkan kepadamu lantunan
nada yang kubuat. Entah aku tidak tahu haruskah aku marah atau__” Terpotong.
“Kau boleh marah.”
Lagi – lagi Yoongi terdian untuk
sesaat. Ia tidak tega melihat gadis di depannya kali ini. Ia mendekatkan diri
ke arah Seo Hyun, menarik tubuh Seo Hyun dalam dekapannya. Lalu memeluknya
erat.
“Kamsahamnida Kim Seo Hyun.”
“Apa kau merasa sangat gelap ?”
Tanya Yoongi sesaat kemudian.
Yoongi meraskaan ada anggukan kecil
di dalam dekapannya. Membuat hatinya semakin miris dan tidak tega.
“Tak apa, malam ini juga sangat
gelap, tak ada bulan ataupun bintang di langit. Jadi aku juga merasakannya.”
Yoongi semakin menarik Seo Hyun ke dalam pelukannya.
“Setidaknya aku tidak akan
membiarkanmu sendirian dalam gelap Kim Seo Hyun.”
Mata mereka terpejam di tengah
dinginnya salju yang mulai turun. Mereka saling menghangatkan dalam pelukan.
Sungguh, kali ini mereka dipertemukan kembali setelah sekian lama. Mereka
mengingat kembali lantunan piano yang mereka buat. Dan secara bersamaan,
senyuman tergambar jelas di bibir mereka.
Chuun gyeol kkeutkeul
jina
Dasi bomnari ol
ttaekkaji
Kkot piul ttaekkaji
Geugose jom deo
meomulleojwo
Meoumulleojwo
~BTS : Spring Day~
Holaaaa readers...
Akhirnya sempet juga ngisi di blog ini meskipun jedanya lama banget. Nah akhir - akhir ini saya lagi suka sama oppa oppa korea gitu, aduhhh virusnya makin nyebar sekarang. Dan biar nggak sia - sia (fangirlan sambil ngabisin kuota) mendingan bikin cerita/fanfiction aja seklaian ngasah kemampuan nulis. Ya nggak ? Hehe.
BTW, ini juga saya post di wattpad saya dengan judul yang sama. Kalau mau mampir ketik aja judulnya atau kalau enggak username saya aja @Tuanputri01. Jangan lupa komen ya... menerima kritik dan saran kok.
Thanks yang udah mau baca dan mampir, apalagi kalau ninggalin komen, jadi makin semangat buat ngepost.
Komentar
Posting Komentar