Sepenggal kata pun tak mampu
memperkuat raga ini
Menggambarkan jiwa rapuh melalui lisan
nun jauh dari kata ‘ terdengar ’
Itu saja
Tatapan sayu kupancarkan sebagai tanda
padamu bahwa aku gemetar dengan keadaan ini
Juga kenyataan yang membuatku bisu dan
tuli sesaat
Kukumpulkan keberanian untuk
memencet tombol – tombol handphone balang
kirik milikku. Sulit sekali mewujudkan kata apa saja yang akan ku tulis.
Terlintas di pikiranku, banyak sekali bahkan ribuan kata – kata yang hendak
kutulis. Namun sekarang jangan terkejut jika aku hanya menulis tiga huruf
ditambah dengan satu simbol pentung.
HAI
!
Lama tak ada jawaban. Hal ini semakin
membuatku yakin ini hanyalah lelucon temanku dengan memberi nomormu.
Siapa
?
Yeah, itu balasannya. Lebih banyak
huruf daripada yang ku kirimkan padanya beberapa saat lalu.
Zhae.
Ini Maishe ?
Tak seperti harapanku dia akan segera
membalasnya. Pasalnya hingga setengah hari berlalu tak kunjung ada getar di
hand phone.
Aku selalu berusaha netral terhadap
setiap dukunganmu. Setiap gurauanmu. Di semua tingkah mu yang membuatku bahan
lelucon. Namun aku sama sekali belum bisa mengenalmu sepenuhnya. 3 tahun
serarusnya cukup bagi pemula sepertiku. Aish..bicara apa aku ini ! Pemula ?
Bukankah aku sesalu pesimis setiap akan memulai ?
“ Gimana ? good ? ” Tanya Dick
“ Overall, not running well ! ”
Jawabku sambil berlalu
Dick menepuk bahuku, berusaha
menghibur seakan tau aku bingung. Tapi mungkin kali ini Dick lebih bingung harus
menemukan pembelaan apa lagi untuk membuktikan bahwa dia benar – benar
menyayangi Hersh. Dick lima langkah lebih maju dari pada aku. Namun dia tak
berniat meninggalkanku yang bisa dikatakan hanya berlari siput.
Apa aku ini terlau lembut untuk ukuran anak
lelaki ? Terlalu bodoh untuk ukuran pelajr SMP ? Juga terlalu kerontang sampai
sekali senggol aku limbun. Aku tau ini hanyalah bayang – bayang pesmisme yang
seharusnya ku buang jauh – jauh. Ketika berusaha melupakan semua perasaanku
pada Maishe, aku semakin kering darah.
Berusaha agar tidak terlalu lebay dalam menjalani kisah cinta yang hanya dasar
ini. Meyakini bahwa aku akan terus menjadi teman dalam diamnya. Dia tak akan
lagi bercanda denganku. Begitu biasanya anak perempuan. Dan ini semua
kesalahanku terutama Dick. Lihat saja, dia juga mendapat balasannya dengan
kebingungan bagaimana mempertahankan rasa sayangnya.
“ Ayolah Zhae..lakukan sekarang ! ”
Desak Dick
Aku tau Dick sudah baikan dengan
Hersh dan aku tau dia menganggap jalanku lambat sekali sehingga dia mendorongku
untuk berjalan dan bergerak cepat. Agar tidak dianggap jahat dia berusaha tidak
meninggalkanku. Tapi aku tau maksudnya, dia tidak tahan lagu dengan perilauku
yang lambat. Akhirnya aku mnyerah.
“ Ok. Lo udah nggak keiket janji lagi
sama gue. Lo boleh ninggalin gue karena gue nggak punya pacar. Silahkan lo sama
Hersh dan nggak usah ngurusin gue sama Maishe lagi. Nggak ada untungnya juga
kan buat elo ? ”
“ Oh gitu. Ya udah, kalau lo
nganggep gue pengen lari dari elo ya udah. Gue pergi dan nggak ngurusin kisah
cinta lo yang nggak bakalan lo capai itu. Muak gue ! ”
‘
D**n ! ’ Sebenarnya bukan itu yang mau kuucapkan pada Dick. Dick sudah
banyak membantuku. Dan inikah yang harus diterimanya ?
Kapan
lagi Zhae ? Lo harus maju maju dan maju. Masak iya lo nggak bisa deketin cewe ?
Kayak diri lo lemah aja. Lo nggak mau kan gue bilang lemah ? Nggak seharusnya
lo pesimis dulu. Lihat gue ! Gue biasa – biasa aja, tapi gue bisa dapetin
Hersh. Lo tau kenapa bisa gitu ? Karena gue berani ! Gue optimis ! Gue nggak
lembeng kayak lo ! Ngerti lo !
Kata – kata Dick tadi sebelum dia
meninggalkanku masih terngiang – ngiang di kepalaku malam ini. Manusia macam
apa aku ini, yang tak tau terimakasih. Nanti aku bertekat untuk meminta maaf
pada Dick. Kukumpulkan keberanian lagi untuk memencet tombol dan mencari nama
Maishe.
Maaf,
Maishe.
Mungkin itu absurd. Tapi semoga itu
bisa menjelaskan padanya kalau aku tidak akan memiliki perasaan padanya. Dan
dia bebas tidak usah memikirkan hal apa
saja yang kulakukan bersama Dick di sekolah. Entah Dick kusuruh pura – pura
mencomblangkan aku dengan Maishe, sengaja membuat aku dan Maishe satu kelompok.
Atau kejadian konyol skenario milik Dick yang lain.
Y
GPP Wls
“ Alay ” Kuumpat Maishe untuk pertama
kalinya. Dan itu membuatku geli.
Sekarang tugasku mengirim pesan
permintaan maaf ini pada Dick. Kurasa dia akan mengerti nanti.
Dick,
Maaf. Lupain aja yang tadi siang.
Tak ada balasan dari Dick. Apa dia
benar – benar muak denganku ? Begitukah ? Aku benar – benar membuatnya muak ?
Tapi kalau iya, dia akan benar – benar kesepian liburan 3 minggu satu hari
lagi. Aku membayangkan Dick memohonku untuk berteman lagi dengannya dan
memintaku tidak berlibur.
“ Ha ha ha..nggak mungkin, ” Ucapku
mengibaskan tangan dan mulai memejamkan mata.
Dick tidak berangkat bersamaku pagi
ini. Apa persahabtanku benar – benar rusak ? Apa ini gara – gara rasa sukaku
pada Maishe ? rasa suka Dick dengan Hersh ? Kegagalanku mendekati Maishe ?
Keberhasilan Dick mendapatkan Hersh ? Keputus asaanku ? Selamanya aku akan
menjadi orang yang selalu bertanya – tanya pada diriku sendiri.
Wush.. kusipitkan mata untuk
melihatnya dengan jelas dan aku terbelalak melihat itu Dick. Ya, dia sesuai
dengan perkataannya kemarin kalau dia tidak akan menungguku. Setiba di
sekolahpun aku tidak mendapat sapaan dari Dick. Dia sibuk berpacaran dengan
Hersh. Maishe yang mengetahui aku datang langsung memalingkapn wajah. Ada apa
ini ? kenapa jatuh cinta membuat hidupku berantakan ?
Jika aku tidak jatuh cinta pada
Maishe mungkin aku masih sering bercanda dengannya. Jika aku tidak mengatakan
aku jatuh cinta pada Maishe ke Dick, dia tidak akan membantuku dan itu lebih
baik. Jika aku benar – benar berniat dan tidak pesimis, mungkin kini Dick masih
akan menjadi sahabatku dan Msihe jadi pacarku. Tapi kini semua berbalik. Aku
semakin terpuruk. Aku kehilangan rasa malu untuk merasa lemah sebagai anak lelaki.
Aku membenci cinta. Aku membenci dunia. Aku membenci diriku sendiri. Rasa benci
ini harus segera berubah menjadi dorongan motivasi untuk lebih maju. Jika
tidak, aku akan semakin membenci diriku sendiri.
Komentar
Posting Komentar